Jumat, 11 Februari 2011

Kandungan Berbahaya Dalam Nasi Putih




























Diabetes alias kencing manis sulit bahkan tak mungkin disembuhkan. Namun penderita tak perlu berkecil hati, pola makan dan hidup sehat bisa menjinakkan penyakit ini. Bersahabat dengan beras-beras khusus menjadi salah satu caranya.

Banyak orang mengganggap penyakit yang dijuluki silent killer ini merupakan penyakit orang tua atau hanya timbul karena faktor keturunan. Padahal, setiap orang dapat mengidap diabetes, baik tua maupun muda, termasuk Anda.

Secara teori, penyakit ini memiliki nama lengkap Diabetes Mellitus (DM) atau sakit gula. Penderita akan ditandai dengan hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah) terus-menerus. Kondisi ini memicu komplikasi pada pembuluh darah di otak, mata, jantung,ginjal,tungkai dan alat kelamin.

Di Indonesia sendiri, penyakit ini masih menjadi momok menakutkan. Menurut data World Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2009, terdapat sekitar 8 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Bahkan pada 2025, jumlah penderita penyakit ini diprediksi meningkat tajam menjadi 21 juta orang. Ironisnya dari jumlah itu, baru 50% yang sadar mengidapnya dan di antara mereka hanya 30% yang datang berobat teratur.

Melihat fenomena tersebut, kesadaran pribadi lah yang menjadi kunci untuk menjauh dari penyakit ini. Namun bagi Anda yang positif menderita penyakit ini, bisa mengontrol gula dengan menjaga gaya hidup dan pola makan tepat.

Publikasi terbaru dari peneliti Harvard yang dimuat dalam Archives of Internal Medicine menyebutkan, beras merah dan bahan makanan dari serelia utuh merupakan pilihan yang lebih sehat bagi penderita diabetes.

Nasi putih sudah menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia. Namun sebuah penelitian dari Universitas Harvard menemukan bahwa mengkonsumsi nasi putih sangat tidak sehat untuk para penderita diabetes. Lalu, makanan apa yang bisa menggantikan nasi putih?

Seperti diberitakan dari laman Genius Beauty, peneliti menyatakan bahwa beras merah bisa menggantikan nasi putih, bahkan menurunkan risiko diabetes hingga 16 persen.

Mengganti nasi putih dengan beras merah merupakan salah satu cara terbaik menekan peningkatan gula darah. Alasannya, nasi halus atau putih bisa meningkatkan kadar gula darah Anda.

Studi ini dilakukan di AS yang melibatkan lebih dari 200 ribu orang. Hasil penelitian, ditemukan bahwa porsi makan 150 gram beras putih lebih dari lima kali seminggu meningkatkan risiko diabetes sebesar 17 persen dibandingkan dengan orang-orang yang makan hanya satu porsi nasi dalam sebulan.

Hal ini dijelaskan oleh fakta bahwa beras merah kaya serat yang bisa digunakan untuk diet. Penggilingan beras coklat menghapus sebagian besar serat tersebut, sehingga kadar glukosa darah lebih tinggi.

Beras merah lebih sehat daripada beras putih dilihat dari konten serat dan nutrisi. Bran atau bekatul dari gabah mengandung vitamin B, mineral, serat, asam folat, juga kaya kalium, seng, tembaga, dan yodium. Selain itu beras pecah kulit memiliki rasa kacang ringan.

Jadi pecinta nasi putih harus beralih ke beras merah dan biji-bijian lainnya. Para peneliti merekomendasikan mereka yang suka makan banyak nasi putih untuk menggantinya dengan beras merah.

Dalam sebuah penelitian terhadap 200.000 orang Amerika, diketahui mereka yang makan nasi putih memiliki risiko diabetes 17% lebih tinggi dibanding yang jarang makan nasi. Sebaliknya, orang yang makan beras merah risikonya untuk terkena diabetes turun hingga 11%. Manfaat yang sama juga ditemukan jika kita mengganti nasi putih dengan serelia utuh, termasuk roti atau pasta. Konsumsi dari pangan tinggi serat berhasil menurunkan risiko diabetes karena dapat menurunkan level gula darah dan insulin. Beberapa ahli menyarankan agar 70% kebutuhan karbohidrat kita dipenuhi dari beras merah atau serclia utuh,

Hal tersebut dibenarkan Ali Khomsan, ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Dikatakannyapenderita diabetes melitus wajib memilih asupan makanan dengan Indeks Glisemik (IG) rendah.“Anjuran untuk penderita diabetes adalah harus memilih makanan berindeks glisemik di bawah 60 atau maksimal 70,” terang Guru Besar Ilmu Pangan dan Gizi IPB ini.

Namun sudah menjadi rahasia umum, pantangan mengonsumsi nasi bukan hal mudah bagi para diabetasi. Soalnya, sebagian besar penduduk Indonesia menempatkan nasi sebagai sumber bahan pangan utama.

Jangan pesimis karena sejatinya tidak semua jenis beras ber-IG tinggi. Rentang nilai IG beras sangat luas dan terbagi atas tiga kategori. Pertama, beras ber-IG rendah, kurang 55, lalu kategori sedang, antara 55—70, dan tinggi, di atas 70.

Beras yang masuk kategori ber-IG rendah cenderung mengandung amilosa tinggi. Kadar amilosa dalam beras sangat mempengaruhi tekstur nasi. Jika kadarnya tinggi, maka teksturnya tidak menggumpal alias pera. “Jadi beras bertekstur pera memiliki IG rendah, dan bisa dikonsumsi penderita diabetes,” tutur Dewi Indrasari, peneliti madya Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, (BB Padi) Sukamandi.

Varietas padi yang tergolong kategori tersebut adalah Cisokan, Margasari, IR 36, Air Tenggulang, Batang Lembang, dan Martapura. Namun, Dewi menambahkan, ada juga beberapa padi bertekstur pera yang ber-IG tinggi, seperti varietas Ciliwung dan Batang Piaman. Sebaliknya ada pula jenis beras dengan kadar amilosa sedang yang ber-IG rendah, seperti varietas Ciherang. “Beras Ciherang bisa dikonsumsi penderita kencing manis, tetapi jangan dilupakan, banyaknya asupan dalam sehari harus berdasar kebutuhan kalori. Jangan berlebih,” ia menyarankan.

Sedangkan varietas padi yang IG-nya tinggi adalah Ciliwung, Mekongga, Sintanur, Celebes, Gilirang, dan Bengawan Solo. Untuk kategori beras ber-IG sedang di antaranya adalah IR 42, IR 46, Cigeulis, dan beras Tajmahal.

Di luar itu, terdapat beras hitam yang diyakini juga baik bagi penderita diabetes. Beras yang banyak dibudidayakan di daerah Yogyakarta ini juga dilengkapi dengan kandungan antioksidan. Warna ungu kehitaman beras tersebut berasal dari sumber antosianin, suatu zat turunan polifenol berkemampuan antioksidan. Harga beras hitam sedikit lebih mahal berkisar Rp25.000 – Rp 42.500 per kilogram (kg).

Sementara menurut dr Sarwono, spesialis diabetes beras Taj Mahal juga bisa menjadi alternatif bagi penderita diabetes. Hasil penelitiannya, dari 30 pasien yang menderita kencing manis, berangsur membaik setelah mengonsumsi makanan asal India Selatan ini.

Beras ini merupakan varietas Mani Chamba yang ditanam secara organik di area berkapur India Selatan. Padi Taj mahal masak di tangkai selama tujuh bulan, dan untuk menjadi beras perlu diproses secara scientific.

Dari hasil laborat, serat larut dalam beras ini juga dapat menyerap toxid (racun), kelebihan gula dan lemak, serta memperlancar buang air besar.

Makin terkontrolnya gula darah pasca mengonsumsi beras khusus diakui Afid Pallusai, wiraswastawan asal Sulawesi yang sekarang ini berdomisili di Probolinggo, Jawa Timur. ”Saya telah lama mengonsumsi beras Taj Mahal untuk menjaga kadar gula agar tidak meningkat,” katanya.

Selama menggunakan beras tersebut kadar gula darahnya relatif dalam keadaan stabil, antara 100-120. ”Kalau sampai kehabisan beras khusus kadar gula saya bisa langsung naik di atas 300,” terangnya. Beras dengan nama Diabetes Holistic Super Organic yang di hargai Rp 30 ribu/ kg itu diakui merupakan anjuran dari dokter pribadinya.

Hal senada diungkapkan Irwan Setyadi pengurus dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jatim. Dia mengaku rutin memakan nasi merah yang terkadang dicampur dengan beras Taj Mahal sebagai ganti beras putih.. ”Saya sudah 3 tahun mengonsumsinya,” jelasnya.

Irwan mengatakan ia mengetahui keutamaan beras merah dan beras Taj Mahal dalam mengurangi resiko diabetes khususnya dalam hal mengurangi gula darah dari temannya. ”Teman saya kebetulan juga mempunyai penyakit yang sama dengan saya, dan ia dianjurkan oleh dokter pribadinya mengkonsumsi beras itu,” katanya lagi.

Selama 3 tahun mengkonsumsi beras merah yang terkadang di mix dengan beras Taj Mahal, Irwan merasa kesehatannya semakin baik. Kualitas hidupnya pun meningkat. ”Dulu saya malas pergi ke kantor dan beraktifitas, tapi sekarang saya tambah semangat,” ungkapnya.

Makan nasi putih sebagai bahan makanan pokok meningkatkan resiko diabetes karena nasi putih meningkatkan level glukosa dalam darah. Penemuan tersebut mengacu pada sebuah penelitian terhadap bahan makanan pokok yang dilakukan di AS. Namun, nasi merah atau gandum lebih baik dikonsumsi karena lebih lambat melepaskan glukosa.

Anggapan bahwa makan nasi kemarin membuat kadar gula turun cuma mitos

Tiga bulan belakangan, ling punya rutinitas baru. Setiap malam, wanita berusia 53 tahun ini menyisihkan dua mangkuk nasi putih untuk dimakan keesokan harinya. Bukan tanpa alasan ia melakukan hal itu. Menurut kabar yang didengarnya, memakan nasi yang dimasak sehari sebelumnya bisa menjaga kadar gula darah tetap rendah. Maklum, sejak tiga bulan lalu, ling diketahui mengalami kelebihan kadar gula darah atau glukosa. Ahli naturapati (cara pengobatan alami), Riani Susanto, menilai apa yang dilakukan ling hanyalah mitos.

Mengkonsumsi "nasi kemarin", kata dia, sama sekali tidak menurunkan kadar gula darah. Sebab, karbohidrat dalam nasi putih memang dapat menyebabkan orang terkena diabetes. "Karena karbohidrat yang dicerna dalam tubuh berubah menjadi gula," kata Riani.Nasi putih, ia melanjutkan, mengandung kompleks karbohidrat yang tinggi. Mendiamkan nasi selama sehari semalam tidak akan membuat kadar gulanya turun. "Yang benar adalah mengganti nasi putih dengan nasi merah," kata Riani.

Nasi yang berasaldari beras merah dan beras hitam, menurut Riani, memiliki indeks glisemik (glycemic tndex/GT) yang rendah. Indeks glisemik adalah angka yang menunjukkan potensi peningkatan glukosa darah dari karbohidrat yang tersedia dalam suatu makanan.Riani menjelaskan, beras merah dan beras hitam lebih baik untuk dikonsumsi karena memiliki kulit ari atau gabah. Tidak seperti beras putih yang sudah ditelanjangi sehingga vitaminnya hilang. Penyerapan karbohidrat dalam beras merah pun tidak akan sempurna. Beras merah juga memiliki serat yang tinggi yang baik untuk pencernaan.

Penelitian di Amerika Serikat juga menyebutkan, mengkonsumsi beras merah dapat mengurangi risiko seseorang terkena diabetes. Menurut penelitian yang dilansir dalam jumal Archives of Internal Medicine edisi 14 Juni itu, gabah memiliki serat dan nutrisi yang tinggi yang dapat memperlambat aliran gula dalam darah.Dalam jumal itu, Qi Sun, dokter yang melakukan penelitian di Harvard School of Public Health ini, menyebutkan bahwa mengkonsumsi lima porsi nasi putih seminggu dapat meningkatkan risiko terkena diabetes dibandingkan dengan mengkonsumsi dua porsi atau lebih beras merah.

Lebih lanjut, penelitian itu menganjurkan untuk mengganti hanya 50 gram nasi putih atau sekitar sepertiga porsi nasi putih dengan nasi merah setiap hari. Penggantian porsi nasi putih menjadi nasi merah dalam jumlah sedikit ini pun temyata bisa menurunkan risiko diabetes sebanyak 16 persen.Meski disebabkan oleh kadar gula yang tinggi, Riani mengoreksi anggapan bahwa penyakit diabetes disebabkan oleh banyaknya makanan manis yang dikonsumsi. "Orang kena penyakit gula itu belum tentu karena makan yang manis-manis," kata dia.

Menurut situs Badan Kesehatan Dunia (WHO), hyperglycaemia ataukadar gula darah yang tinggi adalah efek umum dari tidak terkontrolnya diabetes. Diabetes, menurut situs itu, adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup. Atau ketika tubuh manusia tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksinya secara efektif. Penyakit diabetes biasanya menyerang seseorang berusia 45-64 tahun. Sebanyak 80 persen penderita diabetes hidup di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kematian akibat penyakit ini mencapai 5 persen setiap tahun. Menurut WHO, jumlah ini bisa naik menjadi 50 persen dalam waktu 50 tahun ke depan jika tidak ada langkah yang diambil untuk mencegahnya. (fn/vs/sp/gm/bv) www.suaramedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar